Minggu, 21 Februari 2010

Epok-epok Bang Khalish



Selama ini penganan epok-epok identik dengan makanan kampung.Sebuah penganan yang biasa dibuat kaum ibu sebagai makanan kecil dalam keluarga,acara arisan atau di jual di kedai-kedai penitipan kue.Rasa kue yang berbahan dasar tepung ini biasanya tergantung pada isinya yang umumnya rasa keledek dan abon ikan manis atau pedas.



Cita rasa epok-epok khususnya di daerah Melayu yang selalu terkesan jalan di tempat sejak dulu hingga sekarang, membuat penganan itu hanya dipandang sebagai makanan biasa saja.

Adalah Bang Khalis bersama istrinya Diah Setia Murni, yang kemudian mencoba mengangkat citra epok-epok menjadi penganan kampung menjadi oleh-oleh khas Kota Tanjungpinang.Mereka membuat epok-epok dengan rasa berbeda,seperti isi telor,udang,ayam dan sotong dengan rasa khas bumbu kari.

Pasangan suami istri yang membuka usaha Kedai Kopi Nurul dan menjual epok-epok ini di Jl Basuki Rahmat atau depan SMA 2 Tanjungpinang ini, telah membuat penganan itu tidak lagi dipandang sebelah mata hanya karena rasa yang itu-itu saja.Bahkan,saat ini epok-epok yang diberi "merek dagang" Epok-Epok Bang Khalis" telah mulai menjadi oleh-oleh bagi warga yang berkunjung ke Tanjungpinang.

"Alhamdulillah banyak warga dari Batam atau dari Tanjunguban yang datang ke Tanjungpinang,menjadikan epok-epok kami sebagai oleh-oleh untuk keluarga," tutur sang istri,Diah yang meracik langsung bumbu isi epok-epok tersebut.

Usaha menjual epok-epok dilakoni mereka sejak tahun 2007 ketika memutuskan menetap di Tanjungpinang.Sebelumnya mereka berdomisili di Bekasi dan bekerja di sana.Bang Khalis yang lahir di Tanjungbatu,Karimun mengaku sudah bosan kerja di sektor swasta berniat berwirausaha di kampung halamannya Tanjungpinang.Sang istripun yang ingin tetap dekat dengan keluarga,juga memutuskan pensiun muda sebagai PNS di Pemkot Bekasi.

Sebagai wanita yang sebelumnya tidak pernah memikirkan akan menjadi wirausaha,Diah ternyata menikmati usaha yang dijalaninya saat ini.Bahkan sebelumnya ia tekun mempelajari bumbu dasar pembuatan epok-epok dari sang ibu mertua dan adik iparnya.Kemudian ia mencoba membuat berbagai rasa sehingga jadilah empat rasa epok-epok rasa kari seperti yang ia jual saat ini.

"Menjalani usaha seperti ini jauh berbeda saat kita menjadi bawahan.Karena ini usaha kita,jadi bisa mengaturnya sesuai keinginan kita," alasannya.

Diawali dengan jalan menitipkan ke sejumlah penitipan kue,pelan dan pasti epok-epok Bang Khalis mulai dikenal pecinta jajanan di Tanjungpinang.Setelah itu mereka berani memasang plang nama dan membuatkan konter khusus,sehingga pengguna jalan yang melintas bisa melihat usaha epok-epok tersebut.

"Ternyata banyak dari pembeli yang datang ke sini karena penasaran dengan rasa epok-epok yang kita tulis di konter,selain itu ada yang mengaku tahu dari rekomendasi kawan mereka yang pernah membeli," tutur Diah.

Saat ini rata-rata mereka bisa menjual epok-epok 300 keping perhari,selain itu mereka juga melayani pesanan untuk kue kotak yang pernah mencapai 1500 keping.Harga epok-epok untuk isi telur dipatok Rp 1000/keping dan untuk isi udang,sotong dan ayam Rp 1500/keping.

"Alhamdulillah meski awalnya ada yang mengira harga sebesar itu mahal,tapi ketika mereka mencoba rasanya mereka tidak keberatan membeli dan malah jadi pelanggan," kenang Diah.

Bertahannya pelanggan dan bertambahnya pembeli juga dikarenakan mereka sangat memperhatikan kebersihan.Epok-epok tersebut setiap kepingnya dibungkus dengan kertas khusus dan dimasukan ke plastik.Kemudian minyak untuk menggoreng juga kwalitas bagus dan tidak membuat kerongkongan gatal.Yang tak kalah pentingnya adalah proses penggorengan yang tidak terburu-buru.

Ada keinginan pasangan suami istri yang menangani langsung pembuatan dan pemesan epok-epok ini adalah,agar penganan yang mereka buat itu akan langsung menjadi makanan yang akan teringat oleh wisatawan ketika datang ke kota ini,seperti halnya Sanjai Bukittinggi dan Dodol Garut dan Bakpia JogjaSelain itu mereka juga ingin melebarkan sayap dan punya konter di tempat lain.

"Kita ingin ketika wisatawan datang ke kota ini akan teringat epok-epok kami sebagai oleh-oleh yang harus dibawa pulang.Selain itu kami juga ingin ada cabang di tempat lain,namun untuk sementara masih terkendala dengan tenaga yang akan mengelolanya," aku Diah.**

1 komentar:

  1. selamat bang khalis...

    bagaimana bang, kalaubuka cabang di batam, tepat nya di batu aji daerah fanindo, disana lebih menjanjikan.

    maklum,,setahu saya yang juga pengemar epok-epok, saat ini daerah yang menjual epok-epok hanyalah di penuin tepatnya di bawah hotel astro. omset nya cukup mengejutkan....bang.

    saya mendukung penuh makanan ciri khas melayu kita.
    saya juga sempat terfikir untuk menbuka gerai epok-epok cuma saat ini saya masih bekerja di sebuah galangan kapal.

    semoga makanan kita menjadi yang terbaik bang..

    salam kenal saya,
    arfelie ( anak asli dabo singkep )

    BalasHapus

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta