Minggu, 06 September 2009

Said Hamzah Pribadi Low Profile yang Mencatat Sejarah


Penasaran lebih dekat dengan sosok Said Hamzah yang di dalam buku Tanjungpinang Kota Bestari,terbitan Pemko Administratif Tanjungpinang tahun 1997 disebutkan sebagai anggota Panitia 17,yang berperan dalam pembubaran Dewan Riau pada tahun 1950,Tras mencoba kembali menyambangi kediamannya,esok hari,Kamis (20/8).


Siang itu ba'da Zuhur,rumah itu seperti sebelumnya tampak sepi.Bahkan pintu pagar yang sebelumnya terbuka,kini tertutup.Ucapan salam beberapa kali tidak ada yang menjawab apalagi membukakan pintu.

Tras mencoba bertanya ke tetangga sebelah rumah.Dari wanita itulah Tras dapat informasi jika Said Hamzah sedang keluar rumah dengan sepeda motornya.Sebuah pernyataan yang mencengangkan.Diusia yang sudah uzur,ternyata ia masih kuat membawa motor.

"Kalau motor beliau tidak ada,artinya sedang keluar rumah," tutur wanita yang sedang hamil tersebut.

Dari wanita itu juga Tras dapat informasi,jika Said Hamzah saat ini hanya tinggal berdua dengan istrinya.Sebelumnya ada satu anaknya yang tinggal dengannya.Namun karena mendapat kecelakaan,sang anak harus dirawat sementara di rumah abangnya,Said Husin.


Informasi yang sang sedikit itu,ternyata membuka jalan bagi Tras untuk terus menelusuri.Ternyata Said Husin adalah pegawai Pemko Tanjungpinang yang pernah menjabat Kabag Humas Setdako Tanjungpinang.

Melalui sambungan via handphone,Tras mencoba mencari informasi terkait peran sang bapak pada tahun 1950 an sebagai anggota panitia 17.Ia mengaku kurang tahu dan yang ia ketahui cuma bapaknya pernah diundang ke Istana Negara oleh Presiden Soekarno karena mendapat penghargaan,telah membantu korban kecelakaan pesawat milik maskapai India di Sedanau,Natuna,tahun 1955.(baca insert : Perawat itu Tercatat di Sejarah)

"Nanti malam coba saya dampingi untuk wawancara dengan beliau,mudah-mudahan masih ingat atau melalui dokumen nanti bisa ditelusuri," jawab Said Husin via handphone.

Malam itu Tras diterima oleh Said Husin di kediaman orang tuanya.Said Hamzah yang malam itu mengenakan baju koko dan kain sarung plus peci haji,tampak segar.Sedangkan sang istri,Syarifah Zaharah yang juga sudah uzur tampak kurang sehat.

Ternyata memang pria kelahiran 30 April 1928 itu tidak ingat lagi ketika ditanya peristiwa tahun 1950.Bahkan sang anak yang mencoba membangkitkan ingatannya secara perlahan,juga dijawab dengan ucapan "saya lupa dan tak ingat lagi," jawabnya.

Said Husin pun mencoba mencari berkas dokumen di kamar sang ayah.Dari bundelan map yang dipenuhi kertas berwarna kuning kusam,ia berkas mendapati riwayat hidup sang bapak yang pernah tercatat sebagai anggota Panitia 17.

"O..panitia 17,ya saya anggotanya," ujar Said Hamzah yang akrab dipanggil Abah oleh keluarga dan tetangganya.

Namun ketika ditanya apa saja itu Panitia 17,tujuan dan kegiatan yang dilakukan saat itu,kembali Abah mengaku tidak ingat lagi."Saya sudah lupa,waktu itu saya hanya anggota biasa saja," tuturnya dengan ekspresi wajah yang berpikir,seakan mencoba mengingat peristiwa hampir 60 tahun silam tersebut.

Dari berkas riwayat hidup yang ditulis tahun 1974 tersebut,Abah yang pensiunan pegawai RSUD Tanjungpinang mencatat hal-hal sebagai berikut :
1.Tahun 1946:Ia menjadi anggota Badan Kebangsaan Indonesia Riau (BKIR).
Tujuan organisasi itu memberikan penerangan secara berantai kepada masyarakat tentang kemerdekaan RI, dan menyusun kekuatan untuk menghadapi kolonial Belanda.

2.Tahun 1949 : Menjadi anggota Gerakan Pemuda Indonesia (Gepindo),yang bertujuan mengkoordinir seluruh tenaga muda untuk mengacau kekuatan Belanda.

3. Tahun 1950 : Jadi anggota Panitia 17 dengan tujuan menggabungkan diri kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta membubarkan Riouw Rood (Dewan Riau)

4.Tahun 1952 : Anggota PNI

5. Pada 11-5-1955 : Menolong kapal terbang India yang jatuh di Sedanau,Bunguran Barat.

6. Pada 11-2-1971 : Keluar dari PNI

7.Pada 1-7-1955 : Menerima surat tanda penghargaan tanda jasa dari Air India Internasional VT-Dep/MISC/1610

8.Pada 22-2-1956 : Menerima tanda jasa dari pemerintahan India.

Tak banyak yang bisa digali secara langsung dari mulut Abah,tentang apa saja yang pernah dilakukannya bersama kawan-kawannya Panitia 17 pada tahun 1950,dengan alasan ia sudah lupa.

Bahkan,nama kawan-kawannya yang bergabung pada Panitia 17 juga ia tidak ingat.Tapi yang jelas,kawan-kawannya itu kini sudah meninggal dunia semuanya.

Tapi,dari sebuah buku tipis setebal 10 halaman yang ditemukan Said Husin di kamar sang bapak,bisa diketahui tentang ikhwal pembentukan pemerintahan di Kepulauan Riau dan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Buku tanpa sampul itu diawali halaman 245 dan diakhiri halaman 254.Buku itu seakan-akan sengaja dilepas dari sebuah halaman buku utuh.Halaman pertama atau 254 tertulis judul "Pasal 6,di Kepulauan Riau.1 Pemerintahan"

Dalam buku tipis tersebut, diceritakan sejarah ikhwal pembentukan pemerintahan di Kepulauan Riau dari semenjak kemerdekaan hingga terbentuknya NKRI (1950).

Tapi ada sedikit titik terang mengapa Said Hamzah bisa menjadi anggota pada panitia 17 pada tahun 1950.Hal ini ditarik dari awal bergabungnya ia pada sejumlah organisasi pemuda seperti ditulis dalam riwayat hidupnya dan dihubungkan dengan keterangan yang dalam buku yang memakai ejaan lama tersebut.

Dalam perbincangan dengan Tras,Said Hamzah yang cenderung lebih ingat tentang pekerjaannya sebagai perawat di rumah sakit Tanjungpinang (jawatan kesehatan) menyebutkan nama Dr Ilyas yang merupakan orang yang berjasa pada dirinya.Karena sang dokterlah yang mengajarkannya secara otodidak tentang penanganan pasien,merawat serta meracik obat sejak ia masuk bekerja pada tahun 1946.

Dr Iljas sendiri,begitu tertulis dalam buku tersebut,adalah Ketua Badan Kebangsaan Indonesia Riau (BKIR) yang didirikan tahun akhir tahun 1945,di mana Said Hamzah juga menjadi anggotanya.

Jadi,aktifnya dan terlibatnya Said Hamzah dalam sejumlah organisasi pemuda pada zaman kemerdekaan, kemungkinan besar karena ajakan dari sang dokter yang sangat ia hormati tersebut.

Pada halaman 250 buku tersebut,disebutkan pada pertengahan tahun 1946 Dr Ilyas menyampaikan permintaan kepada Residen van Riouw (Dr.J.van Waardenburg) di Tanjungpinang,agar penduduk Indonesia di Kepulauan Riau,dapat dibenarkan mengibarkan bendera Sang Merah Putih pada tiap-tiap peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.Namun,permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh residen tersebut.

Perlawanan BKIR yang merupakan organisasi bawah tanah,juga melahirkan organisasi lainnya yang bertujuan serupa,seperti Keinsyafan Rakyat Indonesia Riau (KRIR),Angkatan Muda Indonesia Riau (AMIR) dan Gerakan Rakyat Indonesia Riau (GRIR).

Kemudian keempat organisasi bawah tanah yang melawan Belanda itu,sepakat mendirikan perkumpulan pemuda yang legal dengan nama Gerakan Pemuda Indonesia (Gepindo) pada 20 November 1946,yang punya anggota lebih 2000 orang.

Ketua umumnya ditunjuk MJ Hasibuan dengan program yang mendesak dari Gepindo,berusaha sekuat tenaga agar daerah Kepulauan Riau secepatnya digabungkan dengan negara Republik Indonesia.

Pada awal tahun 1950 Gepindi mengeluarkan resolusi yang diantaranya menuntut :
- Daerah Kepulauan Riau selekas-lekasnya digabungkan dengan RI
-TNI segera didatangkan di daerah Kepulauan Riau
-Menolak daerah Kepulauan Riau dijadikan tempat persinggahan oleh tentara belanda.

Pada waktu itu anggota TNI di Tanjungpinang baru tiga orang,yakni Mayor R Akil Prawiradireja,Kapten Islam Salim dan Letnan Segito.

Karena keadaan yang makin hari makin hangat, pada 12 Maret 1950,atas inisiatif sejumlah pemuda yang progresif berdirilah di Tanjungpinang badan yang diberi nama Panitia 17,yang diketuai oleh Zamachsjari,yang juga merupakan pegawai jawatan kesehatan.

Panitia 17 punya program mendesak yakni :
1.Dewan Riau bentukan kolonial Belanda dibubarkan
2.Menggabungkan Daerah Kepulauan Riau dengan Negara Republik Indonesia.

Kemungkinan besar,keterlibatan Said Hamzah dalam Panitia 17 yang diketuai Zamachsjari,karena mereka berdua sama-sama bekerja di jawatan kesehatan.

Panitia 17 sendiri akhirnya mencatat sejarah,karena berkat desakan organisasi ini yang akan mengancam akan mengadakan rapat raksasa dan demo besar-besaran pada saat Dewan Riau mengadakan sidang pleno yang direncanakan pada 20 Maret 1950,akhirnya Dewan Riau membubarkan diri.

Dewan Riau membubarkan diri pada sidang kilat 18 Maret 1950.Dewan ini membubarkan diri ketakutan dengan ancaman demo besar-besar oleh Panitia 17 dan Gepindo yang akan melibatkan masyarakat banyak.

Gerakan Panitia 17 pada waktu itu bisa dikatakan sangat berani untuk melawan kolonial Belanda yang masih banyak menguasai Tanjungpinang dan Dewan Riau.Tapi,semangat dan perasaan yang kuat untuk bebas merdeka yang ditekan sejak tahun 1945 oleh pemerintah Belanda,tidak bisa dibendung.

Semangat Panitia 17 yang terdiri dari pemuda yang progresif itulah yang membuat Dewan Riau akhirnya membubarkan diri dan akhirnya daerah Kepulauan Riau bergabung dengan NKRI.

Insert
Perawat Itu Tercatat di Sejarah

Meskipun tidak bisa menggali lebih banyak tentang Panitia 17,tapi berjumpa dan berbincang dengan Said Hamzah ternyara menghasilkan informasi yang juga menarik untuk disimak.

Bapak delapan orang anak ternyata hanya tamatan Sekolah Rakyat.Tapi,ia bisa diterima menjadi pegawai di jawatan kesehatan dan bertugas di rumah sakit Tanjungpinang.

Secara otodidak dan kondisi yang darurat pada tahun 1946,ia diajarkan tentang menangani pasien,merawat dan meracik obat oleh dokter Ilyas.Dari sang dokter yang juga aktif di organisasi pemuda itulah,akhirnya kakek dari 25 orang cucu itu bisa dipercaya menjadi perawat di Balai Pengobatan Masyarakat di Sedanau pada tahun 1955.

Saat bertugas sebagai satu-satunya tenaga perawat atau cenderung disebut mantri kesehatan,Said Hamzah bersama sejumlah masyarakat di Sedanau pernah menolong korban jatuhnya pesawat milik maskapai India di perairan Natuna pada 11 April 1955.

Pesawat Kashmir India Airlines itu membawa penumpang usai mengikuti Konferensi Asia Afrika di Bandung.Saat itu hanya 3 orang yang dinyatakan selamat setelah ditolong dan dirawat oleh Said Hamzah dan masyarakat.

Apa yang dilakukannya di sebuah pulau kecil itu ternyata sampai ke Presiden RI,Soekarno dan kemudian ia diundang ke Istana Negara bersama empat orang masyarakat untuk menerima penghargaan dari presiden dan pemerintah India.

"Waktu itu kami diberi uang,oleh-oleh dan seminggu di Jakarta," kenang Abah.

Sebuah medali tanda penghargaan dari pemerintah India masih disimpannya dalam sebuah kotak.Malam itu ia mengeluarkannya dan memperlihatkannya ke Tras."Ini tanda penghargaan itu dan selama ini saya simpan," ujarnya.

Menurut sang anak,Said Husin,mungkin hanya segelintir orang yang tahu kalau sang bapak pernah diundang khusus oleh Presiden Soekarno dan mendapat penghargaan dari Negara India.

"Bapak saya orangnya low profil dan tidak suka cerita banyak," alasannya.

Said Hamzah kembali bertugas di Tanjungpinang tahun 1957.Tahun 1984 ia pensiun sebagai pegawai.Tapi ia tetap diperbantukan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Dokabu selama 20 tahun.

Kini sejak tahun 2004 ia mengisi hari tua di rumah.Namun bukan berarti ia diam.Ia tetap melayani masyarakat yang memintanya untuk memberikan pengobatan,khususnya para tetangga dan warga yang sejak lama cocok berobat dengannya.

"Abah ini masih bawa motor meski sudah dilarang anak-anak.Tapi sekarang ini hanya untuk jarak dekat saja,"kata Said Husin

Sebagai seorang anak,Said Husin mengaku kagum dengan pengabdian sang bapak terhadap masyarakat.Ia masih ingat ketika duduk di bangku SMP dan SMA sering menemani sang bapak yang diminta tengah malam untuk mengobati warga yang sakit di Pulau Dompak dan Senggarang.

"Abah itu tidak pernah menolak warga yang butuh pertolongan.Sering tengah malam saya menemani beliau dengan sampan dayung untuk menyeberang ke Dompak dan Senggarang," kenangnya.

Pengabdian besar itu masih ditunjukannya saat ini.Warga yang tidak mampu yang sering meminta pertolongannya sering dilayani gratis.Bahkan warga yang mampu pun ia tidak mematok tarif.

Dari cerita sang anak jugalah diketahui kalau Said Hamzah adalah perawat pribadi keluarga Bupati Kepulauan Riau Firman Edi.Selain itu konon banyak pejabat saat ini yang dulu dikhitan oleh sang abah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta