Minggu, 06 September 2009

Aswandi Syahri Sejarahwan Penyelamat Arsip dan Photo Lama


Bermula dari pendidikannya di perguruan tinggi pada Fakultas Sastra jurusan sejarah, Aswandi Syahri mulai menekuni penelitian dan penyelamatan benda-benda sejarah,khususnya dalam bentuk tulisan/naskah dan photo.Saat ini di rumahnya tersimpan ratusan koleksi naskah lama yang punya sejarah penting bagi perjalanan awal mula Tanjungpinang, selain beberapa diantaranya dipajang di Museum Sultan Badrul Alamsyah Tanjungpinang.


Minatnya itu juga tidak terlepas dari sang bapak,Aryoes Syarbani seorang seniman yang punya banyak teman dari berbagai kalangan seperti wartawan.Berbagai majalah lama koleksi sang bapak yang sering dibacanya saat masih duduk di bangku sekolah, adalah tonggak awal dari minatnya mempelajari sejarah.

Kini sebagai seorang sejarahwan di Kepri, Aswandi telah berjasa dalam upaya penyelamatan naskah-naskah lama dan photo-photo lama.Pekerjaan yang semula sering dianggap aneh oleh banyak orang, kini telah membuka banyak pikiran orang jika apa yang dilakoninya selama ini sangat bermanfaat bagi orang banyak pada masa sekarang dan masa datang.

Bagaimana tidak, untuk menyelamatkan naskah-naskah dan arsip itu ia harus rela mengorek-ngorek tong sampah di sejumlah tempat, seperti depan hotel Tanjungpinang dan bekas kantor bupati Bintan yang kini menjadi kantor gubernur Kepri.Dari tumpukan kertas itu ia menemukan banyak arsip penting yang sangat sayang jika terbuang dan hancur oleh alam.Bahkan ia juga berburu melalui para pemulung yang mengumpulkan kertas dengan jalan membeli.

"Sebenarnya ini hanya kerja sampingan saya dari pekerjaan saya sebagai peneliti sejarah dan tanpa beban saya melakukannya.Karena bagi saya sejarah itu punya arti penting khusus untuk Kota Tanjungpinang sebagai kota tua yang punya banyak data sejarah dan harus diselematkan," papar pria kelahiran 1970 ini.

Dengan koleksi yang dimilikinya dan dipajang khusus di salah satu ruangan di Museum Sultan Badrul Alamsyah, masyarakat bisa mengenang dan bernostalgia akan masa lalu.Seperti saat melihat foto-foto masa lampau mereka yang pernah melalui masa itu merasa senang karena bisa bernostalgia.Sedangkan generasi muda bisa tahu kondisi Tanjungpinang pada masa lalu.

Menjawab apa yang telah diterimanya atas sedikit banyak jasanya dalam menyelamatkan naskah dan photo lama itu, Aswandi mengaku tidak mengharapkan apa-apa selain kepuasan batin.Sedangkan dari pemerintah juga belum ada."Ya saya hanya membantu pemerintah saja apalagi memang diminta untuk membantu," alasannya.

Upaya penyelamatan terhadap naskah-naskah dan arsip lama yang dilakoninya, ternyata membawa dampak positif.Banyak masyarakat yang kini sadar dan tahu akan arti penting arsip lama itu dan kemudian tidak membuang lagi sembarang."Positifnya setelah sering diekspos di media tentang upaya saya, banyak warga yang punya arsip menyimpannya dan tidak lagi membuang sembarangan," tuturnya.

Sebagai peneliti sejarah Aswandi telah membuat sejumlah buku seperti Temenggung Abdul Jamal,Temenggung Riau,Johor,Pahang,Pulau Bulang,Batam Brick World,Raja Ali Kelana,Pondasi Historis Industri Pulau Batam,Kota Kara dan Situs Sejarah Binta Lama,Cogan,Regalia Kerajaan Riau Lingga dan Pahang.Sedangkan saat ini ia sedang mengerjakan terjemahan buku berbahasa melayu ke dalam bahasa Indonesia tentang silsilah Melayu dan Bugis.***ANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta