Minggu, 22 Februari 2009

Ratna Sari Dewi :Perempuan yang Memahami Perempuan


Ibu adalah jantung keluarga. Ia mempunyai banyak peran dalam sebuah bahtera rumah tangga. Ibu tentu memang bukan kepala keluarga, tetapi kondisi keluarga tergantung kondisi ibu. Tapi, bagaimana seorang ibu yang berperan ganda? Sebagai ibu sekaligus kepala sebuah keluarga?
Pahlawan. Barangkali gelar inilah yang pantas disandang Ratna Sari Dewi. Minimal dalam kesehariannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai perempuan yang aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di Kota Tanjungpinang.


Sebut saja nama Dewi di kalangan ibu-ibu yang juga gemar berorganisasi, pasti langsung terbayang di benak bagaimana dan siapa Dewi dalam pergaulan. ''Dia itu periang, suka tertawa seolah hidup tanpa beban. Juga suka berbagi dan tak mudah menyerah,'' pengakuan seorang ibu PKK Kota Tanjungpinang, organisasi dimana Dewi juga tergabung.
Nama lengkapnya Ratna Sari Dewi, Amd, kelahiran Tanjungpinang 13 Desember 1968. Selain di PKK Kota Tanjungpinang, sederet organisasi lainnya dia geluti penuh tanggungjawab dan aktif. Antaranya, BPPS (Barisan Perempuan Peduli Sesama) Kota Tanjungpinang, Aliansi Perempuan Kota Tanjungpinang (Ketua Bidang Pariwisata), dan Al Hidayah. Tak hanya itu, di partai politik, Dewi juga aktif di KPPG (Kesatuan Perempuan Partai Golkar) hingga dipercayai memegang jabatan Wakil Sekretaris DPD II Kota Tanjungpinang.
Dilihat dari deretan organisasi yang digelutinya, so pasti Dewi bukan main sibuk mengatur waktu. Namun, dosen Lembaga Pendidikan Perhotelan (LPK PURI) di Tanjungpinang ini selalu enjoy menjalani hidup. ''Hidup bagai putaran roda, harus dikayuh agar terus berputar,'' Dewi berfilososfi.
Dewi adalah sosok yang tegar, tak mudah rapuh meski perjuangannya menjalani hidup tak bisa dibilang gampang. Dalam keluarganya, sebagai ibu tumah tangga, Dewi juga berperan sebagai kepala rumah tangga atau kepaala keluarga. Yah, dia hidup sebagai seorang perempuan bersatus ibu tunggal.
Memiliki empat orang anak, Dewi membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dalam kesibukannya, tak satupun tugas kesehariannya sebagai ibu terabaikan. Memasak, mencuci dan mengemas rumah, selalu sudah beres, lalu keluar rumah mencari nafkah. Berkat keuletannya itu, keempat anaknya kini dapat menikmati pendidikan sebagaimana anak-anak lain yang memiliki ibu dan bapak.
Anaknya yang paling besar kini sudah kelas 2 SMK, yang kedua kelas 3 SMP, satu di SLB (Sekolah Luar Biasa) dan satunya lagi masih SD. ''Jika dikatakan berat, ya berat memang. Tapi, karena hidup harus terus berlanjut, cobaan yang datang jangan dianggap hambatan, justru itulah tantangan yang menjadi motivasi,'' ujar Dewi.
Berkat gigih, tekun dan ulet yang dijalani Dewi dalam hidup, tak sedikit perempuan lain yang bernasib sama dengannya menjadikan kisah Dewi ini sebagai inspirasi. Makanya, dalam moment Pemilu 2009, Dewi berkeinginan mengabdi lebin luas untuk masyarakat, terutama untuk kaumnya, perempuan.
Dari Partai Golkar (Golongan Karya), ia maju menjadi Calon Anggota Legislatif (DPRD) Kota Tanjungpinang, Daerah Pemilihan (Dapil II) Tanjungpinang Timur. Majunya Dewi ini awalnya tak terlepas dari semangat kuota 30 persen perempuan dalam legislatif. Ketika itu pikirnya, inilah saat yang tepat untuk meningkatkan derajat perempuan di kancah perpolitikan.
''Peran politik kaum perempuan masih sangat kurang. Salah satu kendalanya adalah persepsi dalam memandang dan memperlakukan perempuan. Budaya patriarkhi juga telah mengakar sangat kuat dan mendominasi dalam kehidupan,'' ungkap Dewi.
Cara pandang demikian, lanjut Dewi, jelas-jelas telah menyempitkan makna politik. Padahal makna politik adalah apapun yang berkaitan dengan hidup kita. Terlebih bagi perempuan, pada hakikatnya, perempuan adalah politisi untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Selama ini, perempuan yang duduk di legislatif sangat tak seimbang jika dibanding dengan jumlah mereka yang mayoritas menjadi penghuni republik ini.
Hal itu, menurut Dewi, karena masih banyak perempuan yang terperangkap dalam praktik diskriminasi dan perlakuan tidak adil serta berbagai masalah lainnya. ''Untuk keluar dari jeratan beragam masalah itu, pintunya adalah politik. Dan yang paling utama adalah keterwakilan perempuan dalam politik, sebab yang benar-benar memahami masalah perempuan, tentulah perempuan itu sendiri,'' ujar Dewi yang berada pada nomor urut 3 ini.
Dewi tak berjanji muluk-muluk. Jika kelak ia terpilih, keberhasilan yang ia raih adalah persembahan kebanggaan untuk semua perempuan. ''Caleg perempuan mesti peka dan memahami isu-isu perempuan untuk menuju terciptanya kesetaraan dan keadilan gender di seluruh aspek kehidupan, baik keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara,'' ujarnya.
Jika sudah demikian, pepatah yang berbunyi ''Maju-mundurnya sebuah bangsa tergantung kaum perempuannya'', wajib menjadi pedoman dan acuan bagi politisi peremp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta