Kamis, 20 November 2008

Dari Sampah Menjadi Uang

Bermula dari kejeliannya melihat peluang manfaat yang bisa diperoleh dari sampah organik, berupa limbah dedaunan dari pasar Tanjungpinang, Jamal Adi Susanti sukses menjadi wirausaha di bidang pengolahan sampah menjadi pupuk kompos.Setiap bulannya kelompok kerja pengolahan kompos anak lereng damai (Anledi) di Km 8 yang dipimpinnya, bisa memproduksi 3 ton kompos.


Jamal belasan tahun lalu hanyalah seorang petugas kebersihan yang sehari-hari mengangkut sampah dari Pasar Tanjungpinang.Dari pengamatannya ia melihat sampah yang organik berupa dedaunan lama-lama akan lapuk dan hancur.


Sepengetahuannya hal itu merupakan bagian dari proses pembuatan pupuk kompos.Namun, ia tidak mengetahui bagaimana proses yang tepat dan benar.Saat rasa penasarannya untuk bisa membuat pupuk kompos yang benar itulah pada tahun 1992 ada pelatihan pembuatan kompos di Tanjungpinang.

Dengan antusias Jamal pun mengikuti pelatihan tersebut.Bahkan ia langsung mempraktekan ilmu narasumber dari IPB Bogor itu. Yang namanya baru belajar, tentu saja ada kekurangannya, namun ia tetap semangat.Bahkan semangatnya itu terbaca oleh pihak Dinas Sumber Daya Alam Tanjungpinang. Ia pun kemudian dikirim sebagai peserta pelatihan untuk pendalaman pembuatan pupuk kompos di IPB Bogor.

Dari pelatihan yang mendalam itulah, Jamal makin mantap dan tahu berbagai hal dalam seluk beluk pembuatan pupuk kompos.Pulang ke Tanjungpinang, Jamal pun kembali mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari seorang ahli di IPB Prof Dr Sabiham Sufiandi.

Dengan ilmu yang lebih mendalam, percobaan Jamal membuat pupuk kompos pun lebih berhasil.Berkat bimbingan dari Dinas SDA Tanjungpinang juga ia bisa membuka pemasaran pupuk kompos tersebut.

Semangat Jamal pun didukung oleh Wali Kota Tanjungpinang Dra Hj Suryatati A Manan, yang beberapa tahun lalu memberikan bantuan alat pengolah sampah menjadi kompos.Berkat bantuan itu Kelompok Kerja Anledi yang beranggotakan lima orang bisa rutin memproduksi kompos setiap hari.

Untuk memasarkan hasil produksinya, Jamal tidak perlu susah payah lagi memasarkannya karena pembeli yang datang langsung ke tempat pengolahan.Setiap satu sak berisi sekitar 4 kg kompos dibandrol Rp 5 ribu.

Dengan produksi rata-rata 30 ton/bulan, Jamal telah bisa membagi keuntungan untuk anggota kelompok kerja dan mengeluarkan biaya produksi lainnya.Sisa bersih untuk dirinya setiap bulannya rata-rata Rp 2 juta.

Jika dilihat sekilas, usaha Jamal ini tidak mempunyai kendala karena bahan bakunya selalu tersedia setiap hari.Namun masalahnya terletak pada sarana angkut bahan baku dari pasar ke lokasi pengolahan yang belum ada.Selama ini ia menggunakan jasa sewa mobil pick up untuk mengangkut sampah-sampah yang akan diolah tersebut.

"Kalau ada mobil angkutan milik sendiri mungkin biaya produksi lebih irit. Tapi saya belum mampu membeli.Tak tahulah nanti ada yang mendukung dan memberikan bantuan," harapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta