Minggu, 30 Mei 2010

Surat Tatik untuk Almarhum Suami

Suryatati A.Manan dengan sejumlah pendukung acara peluncuran bukunya

Suryatati A Manan melimpahkan kerinduannya pada alm suami tercinta melalui sebuah buku kumpulan puisi berjudul "Surat untuk Suami".Tidak hanya kerinduan pada sang suami,tapi juga untuk kedua orang tuanya yang juga sudah meninggal dunia.Selain itu buku setebal 76 halaman itu juga berisikan perasaan-perasannya kepada orang-orang yang disayanginya,seperti anak,cucu,kakak dan sahabat.


Judul buku Surat untuk Suami dari buku ketiganya itu diambil dari judul puisi yang sama.Dalam puisi ke 130 tersebut Tatik panggilan akrabnya dengan jelas menyatakan perasaan terdalamnya pada almarhum suaminya.

Dengan lugas dan jelas, ia menyampaikan jika ia rindu untuk mengadu tentang berbagai hal sejak ditinggal pergi oleh sang suami.Bagaimana ia merindukan saat bersama sang suami dalam senang dan duka.


Seperti yang tergambar dalam bait puisi :
Berbagai peristiwa pahit setelah kita berjauhan
Membuat aku semakin tua dan larat
Menghadapi sendiri
Dikala aku tertawa gembira
Membuat aku semakin kuat ingat padamu

Tidak hanya itu,Tatik juga menyampaikan bagaimana ia menyatakan kesetiaanya pada almarhum sang suami,dan belum berniat untuk mencari pengganti.Seperti dalam bait puisi :
Tapi,engkau tak usah ragu
Sampai hari ini Aku belum berniat untuk mencari pengganti
Kata-katamu masih terngiang sampak sekarang
"Kalau aku mati,aku tak rela awak tu kawin lagi"

32 judul puisi dalam buku tersebut juga dilengkapi dengan foto-foto pendukung.Uniknya, foto-foto pendukung setiap puisi tersebut juga dilengkapi foto kenangannya bersama sang suami dan keluarganya.Bahkan, pembaca bisa tahu lebih jauh tentang keluarganya dan masa kecil hingga remaja serta menikah dari galeri foto yang ada dalam buku tersebut.

Membaca isi buku yang diterbitkan oleh Yayasan Panggung Melayu itu, membuat pembaca akan ikut larut dengan perasaan Suryatati. Hal ini bisa terjadi untuk semua puisi, seperti puisi "Detik-detik terakhir, Do'a seorang ibu, Emak, Idul Fitri 2007, Kakakku, Kasih, Rindu Emak, Bapakku dan masih yang lainnya.

Secara tidak langsung buku tersebut bagaikan sebuah autobiografi Tatik, namun ditulis dalam bentuk puisi. Pembaca akan ikut hanyut bahkan bisa meneteskan air mata, ketika membaca kalimat demi kalimat ungkapan hatinya yang paling dalam.

"Mualaikum ww. Trims atas apresiasinya untuk buku puisi surat untuk suami. Buku itu memang punya kenangan khusus buat saye .Begitu buku itu selesai dicetak saye betul-betul merasa lega, karena ini merupakan kenangan yang tak terlupakan dalam perjalanan hidup.Sekaligus berbagi rasa dengan kaum ibu atau perempuan atau isteri atau anak bagaimana rasanya kalau orang-orang yang kita sayang pergi disaat kita belum dapat membalas kasih sayangnya dengang maksimal. Trims sekali lagi atas dukungannya na," begitu komentar Suryatati kepada Ruziana dari Tras melalui pesan pribadi di Facebook.

Dalam pengantar buku tersebut, Tatik mengatakan jika bukunya yang diterbitkan Maret 2009 itu,bisa dikatakan adalah puisi keluarga.Karena sebahagian besar isinya mengungkapkan sejumlah perasaan kepada :
1.Perasaan terdalam seorang perempuan (istri) setelah ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sang suami,yang selama ini dalam susah dan senang
2.Menggambarkan rasa empati seorang ibu,terhadap situasi dan kondisi yang dialami anak-anaknya.
3.Menceritakan kenangan seorang anak terhadap kedua orang tua,yang sangat disayanginya dan menyayanginya.
4.Mengingatkan seorang adik kepada kakak semata wayangnya,yang sangat sederhana cara hidupnya dan tak banyak krenah.
5.Melukiskan juga rasa senang dan sedih dari dua orang cucu,ketika salah satunya mendapat sepeda baru***INA


1 komentar:

TULISAN DALAM BLOG INI ADALAH BERITA MENTAH HASIL LIPUTAN SAYA

Sang Kuli Tinta

Sang Kuli Tinta